Sabtu, 25 Januari 2014

SEJARAH DESA WISATA MANDING

Awal keberadaan Desa Wisata Manding bermula dari keprihatinan seorang pemuda yang melihat banyak pengangguran di Desa Manding saat itu. Dahulu Desa Manding bukanlah seperti sekarang ini yang terkenal dimana-mana, tetapi hanyalah desa kecil yang jauh dari keramaian pusat Kota Yogyakarta. Saat itu mayoritas penduduk Manding berprofesi sebagai petani penggarap dengan lahan pertatanian yang relatif sempit. Suatu ketika, seorang pemuda tergerakkan dan bertekad untuk meningkatkan taraf hidup di desanya , pemuda tersebut ialah PRAPTO SUDARMO yang memiliki cita-cita dapat menciptakan lapangan pekerjaan, khususnya bagi para pemuda sebayanya di Manding saat itu. 

Kemudian beliau bertekad bulat untuk menimba ilmu tepatnya belajar proses pembuatan kerajinan kulit di tempat saudaranya di daerah Rotowijayan (sebelah Barat Alun-Alun Kota Yogyakarta), bertahun-tahun beliau belajar dengan tekun dan serius. Setelah dirasa cukup pengetahuannya, akhirnya beliau memutuskan pulang ke desanya untuk mengembangkan dan mengamalkan pengetahuannya.

Dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki pada tahun 1953, Bapak PRAPTO SUDARMO memulai usaha di kampung halamannya yaitu di desa Manding, Sabdodadi, Bantul. Dengan hanya dibantu beberapa orang karyawan untuk memproduksi kerajinan kulit berupa sepatu, tas, ikat pinggang hingga akhirnya berkembang pesat.
           
Pada tahun 1960 usaha kerajinan kulit yang dirintisnya mengalami kemunduran hingga akhirnya ditutup, penyebab kemunduran usaha tersebut dikarenakan keadaan ekonomi dan politik dalam negeri yang kurang stabil, selain dari itu juga dikarenakan munculnya produk-produk tas yang terbuat dari bahan dasar plastik yang harganya jauh lebih rendah, serta kurangnya pengelolaan manajemen yang baik. Oleh karena keadaan tersebut, maka beliau memutuskan untuk beralih ke sektor pertanian dan toko kelontong.
           
Seiring dengan membaiknya keadaan ekonomi dan politik dalam negeri, Pada tahun 1972 , Bapak PRAPTO SUDARMO membuka kembali usaha kerajinan kulitnya, yang pada waktu itu industri barang kerajinan dengan bahan dasar plastik mengalami kemunduran di pangsa pasar. Dibantu dengan 15 orang tenaga kerja dan berkat ketekunan, keuletan serta pengalaman beliau, usaha tersebut dirintis kembali dan berkembang pesat. Produksinya mulai dikenal di manca negara karena mutu dan kualitasnya dapat bersaing dengan produk luar. Para pemuda dan pemudi sekitarnya diajak bergabung untuk belajar kerajinan kulit, sehingga ilmu yang beliau miliki dapat ditularkan yang mana merupakan cita-cita awalnya. Lama kelamaan karyawan yang dimiliki beliau lebih dari 50 orang, hingga orang-orang dari luar desa Manding banyak yang mencari pekerjaan di desa Manding, karena desa Manding sudah tersiar sebagai desa kerajinan yang tentu saja membutuhkan banyak tenaga kerja. Karyawan yang sudah mahir (cukup ilmunya) disarankan untuk membuka usaha sendiri, dengan diberikan bahan baku dan dipasarkan produknya, sebelum mantan karyawan tersebut bisa memasarkan produknya, kalau sudah mampu memasarkan produksinya sendiri baru dilepas untuk mandiri.
           
Atas pembinaan dari Dinas Koperasi Kabupaten Bantul, yang pada waktu itu dibina oleh Bapak SYAHRONI, Bsc dan Ibu ZAENAB, Bsc, akhirnya dibentuk Koperasi EKOKAPTI yang diketuai oleh Bapak PRAPTO SUDARMO. Kemudian Tahun 1977 di desa Manding sudah ada beberapa Pengusaha Kecil dengan dikoordinir oleh Proyek Bimbingan Dan Pengembangan Industri Kecil, para pengusaha di desa Manding memperoleh kepercayaan dari Bank yaitu berupa pemberian Kredit Usaha Kecil dan Kredit Modal Kerja Permanen. Pinjaman tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan proses  produksi hingga proses pemasaran. Selain itu juga mendapat bantuan beberapa mesin jahit yang dapat dipergunakan untuk peningkatan produksi. Pada tahun ini beliau sudah mulai mengekspor produksinya ke luar negeri baik secara langsung maupun lewat pengekspor.

Seiring dengan bertambahnya karyawan yang bekerja di tempat bapak PRAPTO SUDARMO dan sesuai dengan anjuran pemerintah maka para karyawan diikutkan Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). Untuk membantu peningkatkan usahanya sejak tahun 1977 usaha tersebut sudah memperoleh izin seperti HO, SIUP, TDP. Dan untuk membagikan ilmunya, pada waktu itu beliau sering dtundang sebagai narasumber dalam acara seminar atau pelatihan-pelatihan tenaga kerja baik di Jawa maupun Luar Jawa.

Berkat jerih payahnya mengembangkan usaha kerajinan kulit yang dapat menciptakan lapangan kerja di daerah Manding dan sekitarnya, maka pada tahun 1986 Bapak PRAPTO SUDARMO pernah diundang ke Istana Negara oleh Bapak Presiden SOEHARTO. sebagai seorang perajin yang berhasil.

Saat ini Desa Manding tanah kelahiran Bapak PRAPTO SUDARMO sudah menjadi Sentra Industri Kerajinan Kulit dan Bapak H. PRAPTO SUDARMO kini sudah berpulang ke ILAHI ROBBI, usaha tersebut kini dilanjutkan putrinya Ibu Supriyati (PRIMA KERAJIANAN KULIT) yang memiliki showroom berlokasi di Jalan Dr.Wahidin Sudirohusodo, Manding dan Ibu Kasmi Wantini (AMINDO PS) yang memiliki showroom di Jalan Parangtritis Km. 10 , Sebelah timur perempatan Manding. Terimakasih atas segala usaha dan keikhlasanmu sehingga desa kami jadi seperti sekarang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar